Sa’id Mahran keluar dari penjara dengan
menyimpan rasa dendam terhadap orang-orang yang menghianatinya. Mereka adalah
Nubuyah, Alish dan para pengikutnya. Keluar dari penjara ia mendatangi Alish
dan membuat perhitungan terhadapnya. Putri dan istrinya telah bersama Alish selama ia di penjara. Istri yang telah
menghianatinya juga. Sa’id ingin mengambil kembali putrinya, namun hak asuh
anak adalah milik Alish sehingga ia tidak bisa membawa putrinya. Dan kenyataan pahit yang harus dia
terima adalah bahwa putrinya tidak mengenalnya karena memang sudah sepuluh
tahun dia dipenjara. Bahkan putrinya
ketakutan ketika ia hendak memeluk dan mencium putrinya. Karena tidak
memungkinkan untuk merebut kembali putrinya, ia pergi dari tempat Alish dan
para antek-anteknya tersebut dengan membawa beberapa bukunya yang berada di
tempat Alish. Ia selalu dihinggapi rasa marah dan dendam terhadap Alish dan
Nubuyah. Ia bertekad untuk membunuh keduanya.
Pergi ke rumah pak Ali dia mendapati rumahnya
sepi karena penghuninya selalu sibuk beribadah. Ia melihat pak Ali sedang
khusyuk beribadah dan tidak memperhatikan keberadaannya. Pak Ali adalah pemuka
di kampong tersebut. Dia adalah gurunya. Sa’id menginap disana. Paginya dia
menemui Rauf teman terdekatnya dulu yang kini telah menjadi orang penting yang
sukses. Teman yang juga menghianatinya. Namun hanya dia yang bisa dimintai
pertolongan. Rauf adalah pemilik Koran Az zahrah. Dengan keinginan yang kuat
akhirnya dia berhasil bertemu dengan teman lamanya tersebut. Rauf mengajaknya
ke vilanya yang indah dan luas. Sa’id ingin menjadi wartawan di kantor Rauf
namun sepertinya Rauf tidak mempercayai kemampuannya. Akhirnya dia pergi dari
rumah Rauf dengan penuh kebencian.
Malam harinya Sa’id mengendap-endap ke rumah
Rauf hendak mencuri hartanya. Rauf tahu kebiasaan Sa’id. Dan usahnya mencuri
gagal. Rauf masih memaafkan Said untuk pergi.
Sa’id pergi ke tepat Tarzan, pemilik warung
yang menjadi tempat berkumpulnya para begundal. Dia disambut dengan baik di
tempat tersebut. Di tempat tersebut dia bertemu dengan Nur, orang yang sangat
mencintainya. Sa’id menceritakan tentang penolakan putrinya terhadapnya dan
keinginannya menghabisi Alish, Nubuyah dan Rauf kepada Tarzan. Dan Tarzan
memberinya pistol beserta pelurunya dengan Cuma-Cuma.
Dengan kebencian yang mendalam, dia pergi
mencari Alish dengan sembunyi- sembunyi. Dia hedak membunuh Alish dan Nubuyah
dengan pistolnya. Setelah mendapati Alish bersama pengawal-pengawalnya dia
menembakkan peluru ke arah Alish kemudian melarikan diri. Dia menemui Nur rumah
Nur adalah tempat persembunyian yang aman karena letaknya yang diujung jalan
dan dekat dengan tempat pemakaman. Paginya dia membaca Koran memberitakan tentangnya.
Ternyata dia salah sasaran. Yang dia bunuh adalah pengawalnya yang tidak
berdosa.
Koran Rauf selalu memberitakan tentang
kejahatan Said dengan judul-judul yang berhuruf besar. Disana menceritakan
semua kejahatan Said. Said seorang pencuri. Anak seorang penjaga sekolah. Selepas
dipenjara Said menemui Rauf. Rauf memberinya dua junaihat namun malam harinya
dia malah ingin mencuri di rumahnya namun gagal.
Malam harinya Sa’id hendak membunuh Rauf,
namun gagal. Bahkan dia hampir terkena tembak dari pengawal Rauf. Dia kembali ke rumah Nur dengan selamat.
Paginya Nur membawakanya Koran seperti biasa. Dan di Koran Az Zahrah tertulis
dengan jelas berita tentangnya. Semua orang akan mengenalnya. Dia menjadi
buronan polisi.
Said telah banyak mengalami hal yang tidak
mengenakkan. Ayahnya yang menjadi penjaga sekolah milik pak Ali meninggal
ketika Said masih kecil. Melihat kecerdasannya, Rauf memasukkan Said di sekolah
pak Ali. Ketika itu Rauf menjadi kepala sekolah. Rauf juga merekomendasikan
Said menggantikan profesi ayahnya menjaga sekolah bersama ibunya. Karena
kesulitan ekonomi Said kecil mencuri. Usahanya yang pertama ketauan
teman-temannya dan dia dipukui namun Rauf membantu Said, dan membesarkan hati
Said. Ibu Said sakit parah tanpa Said sadari. Dan ibu Said meninggal ketika
Said masih muda.
Seperti pemuda yang lain Said tertarik kepada
wanita. Dia tertarik kepada Nubuyah. Dia mencintai Nubuyah. Dengan usaha
kerasnya akhirnya ia bisa menikahi Nubuyah. Alish teman sekolah Said memberikan
selamat kepada keduanya, padahal Alish pun mencintai Nubuyah. Begitulah
kemudian Alish dan Nubuyah menghianati Said.
Kedai Tarzan juga sudah tidak aman lagi untuk
Said. Dia hanya bisa terus bersembunyi dirumah Nur. Dia selalu merasa aman
bersama Nur karena Nur sangat mencintainya dan memperlakukannya dengan baik.
Sampai suatu hari Nur tak pernah pulang lagi. Said tidak tahu apa yang terjadi
terhadap Nur. Pasti terjadi hal yang membahayakan Nur, karena tidak mungkin dia
pergi begitu saja. Nur ingin selalu bersama Said dan hidup bahagia berdua.
Pemilik kontrakan Nur menagih uang kontrakan
yang sebulan nunggak, dan hendak mengusir Nur dari rumah. Pemilik rumah Nur
tidak tau bahwa Nur tidak ada di dalam. Pikir Said rumah itu sudah tidak aman lagi
untuknya. Dia pergi kembali ke rumah pak Ali. Dia sangat kelaparan karena
selama ini Nur yang menyiapkan makanan untuknya. Said beristirahat di rumah pak
Ali. Dia terbangun disiang harinya dan melihat pak Ali memimpin doa para jamaah
di depan rumahnya. Tak lama kemudian aparat keamanan datang mengepung mencari
Said. Kembali Said bisa meloloskan diri. Dia lari ke pemakaman dekat rumah Nur.
Sambil melihat rumah Nur yang lampunya menyala. Dia sangat merindukan Nur.
Ternyata dia telah mencintai Nur. Dengan tebusan apapun pasti akan dia berikan
bahkan nyawanya asal bisa menyelamatkan Nur.
Pemakaman telah dikepung. Begitu juga seluruh
kota juga telah dikepung. Aparat keamanan berhasil menemukan Said di pemakaman.
Dan tidak ada pilihan lain, kecuai Said menyerahkan diri.